Menapaki Puncak Kemenangan dengan Siraman Rasa Syukur

Sudah berapa ribu kali nafas yang kita hembuskan begitu saja dengan sia-sia? Sudah berapa banyak minuman yang kita tenggak dengan berbagai macam rasa demi memuaskan dahaga kita? Namun, apakah kita menyadari bahwa perputaran nikmat tersebut tidak lepas dari campur tangan suatu entitas yang tidak dapat kita elakkan?

Tidakkah kita pernah merasa bahwa belakangan ini begitu banyak berita duka yang menghampiri kita atau bahkan orang terdekat kita, sedangkan di sisi lain kita masih dapat berdiri tegak dengan raga, jiwa dan hati yang utuh tanpa ada yang kurang sedikit pun. Menilik sedikit pada dunia luar, pernakah kita merasa terdapat sesuatu yang timpang antara kita dengan orang-orang di sekitar kita? Di satu sisi, hidangan di meja makan masih dapat kita nikmati dengan begitu leluasa. 

Di sisi lain, tidak sedikit individu di luar sana yang masih berharap akan uluran tangan kita untuk memenuhi kekosongan perut mereka. Maka jika jawabnya iya, satu hal yang dapat kita pastikan bahwa entitas yang maha kuasa tersebut yakni Allah SWT masih mengizinkan kita untuk dapat menikmati keindahan dan kenikmatan hidup terlebih lagi bersama orang-orang yang kita sayangi.

Akan tetapi, satu hal yang pasti dan tidak dapat kita prediksi, akan seperti apakah perjalanan kita dalam menempuh? Akankah mulus sepenuhnya, atau terdapat percikan-percikan ujian yang akan meneguhkan iman kita? Wallahu’alam.

Sebuah kenikmatan luar biasa bagi kita yang masih dapat diizinkan untuk kembali merasakan bagaimana nikmatnya kemenangan ramadhan meski di tengah segala keterbatasan yang ada, terlebih bagi kita yang tidak mengalami kekurangan sedikitpun hingga saat ini. Kemenangan yang berhasil kita tapaki saat ini sudah semestinya kita sambut dengan penuh rasa syukur.

Sungguh, bersyukur adalah sikap dan upaya konkrit kita dalam menyambut hari kemenangan nanti begitu azan maghrib tiba. Makna bersyukur kiranya  tidak terbatas pada rasa dan sikap kita atas keadaan dan nikmat yang kita alami hingga saat ini, bahkan pemaknaan ini agaknya dapat kita wujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku baik secara horizontal sesama manusia, maupun vertikal terhadap Allah. 

Upaya dan sikap atas rasa syukur kita secara vertikal kepada Allah dapat kita wujudkan dalam bentuk tawakkal dan kualitas iman yang konsisten kedepan. Sedangkan, rasa syukur dalam konteks  horizontal antar sesama manusia dapat kita wujudkan dengan cara berbuat baik antar sesama dan tentunya menjadi bermanfaat bagi orang lain di sekitar kita.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azabKu akan sangat berat” (Ibrahim:7)

Sekali lagi perlu kita teguhkan bahwa menyemarakkan keberhasilan kita dalam menapaki  hari kemenangan nanti dengan rasa penuh rasa syukur adalah sikap dan upaya yang tepat untuk kita lakukan. Karena yang pasti kita tidak tahu-menahu, entah sampai kapan segala nikmat ini dapat kita nikmati sepenuhnya.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال