Teori Terbentuknya Alam Semesta

 Alam semesta merupakan seluruh ruang serta waktu beserta isinya, tercantum planet, bintang, galaksi, serta seluruh wujud modul serta tenaga yang lain. Model kosmologis sangat dini dari alam semesta dibesarkan oleh para filsuf Yunani serta India kuno serta bertabiat geosentris yang menempatkan Bumi selaku pusatnya. Sepanjang berabad- abad, pengamatan astronomi yang lebih pas membuat Nicolaus Copernicus meningkatkan model heliosentris dengan Matahari selaku pusat Tata Surya. 

Revisi pengamatan lebih lanjut menuju pada pemahaman kalau Matahari merupakan salah satu dari ratusan miliyar bintang di Bima Sakti, yang ialah salah satu dari sebagian ratus miliyar galaksi di alam semesta. Banyak bintang di galaksi mempunyai planet. Pada skala terbanyak, galaksi terdistribusi secara seragam serta sama ke seluruh arah, maksudnya alam semesta tidak mempunyai tepi ataupun pusat. Pada skala yang lebih kecil, galaksi didistribusikan dalam kelompok serta superkluster yang membentuk filamen besar serta rongga di ruang angkasa, menghasilkan struktur semacam busa yang luas. Penemuan- penemuan di dini abad ke- 20 sudah menampilkan kalau alam semesta mempunyai permulaan serta kalau ruang angkasa sudah tumbuh semenjak dikala itu dengan kecepatan yang bertambah.


Teori Terbentuknya Alam Semesta

1. Teori Big Bang 

Teori pembentukan alam semesta yang terbaik dan banyak didukung para ahli sampai sekarang adalah Teori Big Bang. Teori ini meyakini bahwa terbentuknya alam semesta berasal dari dentuman yang dahsyat. Teori Big Bang dikemukakan oleh Abbe Lemaitre pada tahun 1920-an. Teori ini meyakini bahwa alam semesta berasal dari gumpalan atom yang sangat besar. Suhu gumpalan atom ini diperkirakan berkisar antara 10 milyar sampai 1 triliun derajat Celcius. Gumpalan atom tersebut meledak 15 milyar tahun yang lalu. Sisa-sisa ledakan inilah yang menyebar dan menjadi awan hidrogen. Awan ini membentuk bintang-bintang yang kemudian membuat bintang berpusat membentuk galaksi. 

2. Teori keadaan tetap 

Teori keadaan tetap dirumuskan oleh H. Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle pada tahun 1948. Menurut mereka, alam semesta ini tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir. Tidak ada galaksi yang diawali dari ledakan bola kosmik dan yang semisalnya. Alam semesta terdiri dari galaksi yang datang saling menggantikan. Galaksi yang tergantikan akan menjauhi galaksi lainnya dalam ekspansinya. Baca juga: Mengenal Galaksi Andromeda, Galaksi yang Akan Menabrak Bumi 

3. Teori osilasi 

Teori osilasi memiliki keyakinan yang sama dengan teori keadaan tetap. Namun, teori meyakini adanya ledakan besar. Teori ini meyakini nanti akan ada gravitasi yang menyedot kembali semua galaksi yang telah ekspansi. Hal ini akan menyebabkan alam semesta menyempit dan memadat, kemudian meledak seperti teori Big Bang. Hal ini akan terus berulang dan diyakini bahwa alam semesta tidak memiliki akhir. 

4. Teori nebula 

Setelah adanya teleskop, William Herschel menemukan adanya nebula yang awalnya dianggap sebagai kumpulan gas yang gagal menjadi bintang. Namun, kemudian dia menemukan bintang dengan halo yang terang di sekitarnya. Halo adalah berkas cahaya yang terang yang muncul di sekitar bintang. Herschel mengambil kesimpulan bahwa bintang itu terbentuk dari nebula, sedangkan halo merupakan sisa dari nebula. Teori nebula semakin mantap setelah Pierre Laplace menyatakan bahwa awan gas dan debu yang berputar secara perlahan akan menjadi padu akibat gravitasi. Putaran ini akan semakin cepat. Materi yang di tengah akan menjadi matahari, sedangkan materi yang terlepas akan membentuk sejumlah cincin yang kelak akan menjadi planet.

Sumber :

https://www.kompasiana.com/mahardaniviona/6243977bbb448635675ae9d2

https://id.wikipedia.org/wiki/Alam_semesta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال